Bandung Lautan Api 1946, Strategi Perlawanan Rakyat Jawa Barat

BANDUNG | Priangan.com – Pada Maret 1946, Bandung pernah menjadi lautan api. Kota itu terbagi dua, bagian utara dikuasai pasukan Inggris dan Belanda, sementara bagian selatan masih ditempati pejuang Republik bersama masyarakat. Kondisi tersebut membuat kota dalam situasi yang tegang, terutama setelah muncul ultimatum dari pihak Sekutu.

Ultimatum itu meminta agar pejuang Indonesia segera meninggalkan Bandung selatan. Batas waktu yang diberikan hanya beberapa hari. Pemerintah Republik di Yogyakarta menyadari posisi Bandung cukup sulit dipertahankan. Keputusan pun diambil, para pejuang dan warga diminta mengosongkan kota.

Para pemimpin laskar, termasuk pejuang dari Tentara Republik Indonesia, kemudian bermusyawarah. Mereka menolak meninggalkan kota begitu saja. Kesepakatan pun diambil. Bangunan penting dan fasilitas kota akan dibumihanguskan sebelum ditinggalkan. Tujuannya jelas, agar tidak dapat dipergunakan kembali oleh Belanda.

Tanggal 23 Maret 1946, keputusan itu dijalankan. Malam hari, api mulai membakar bangunan di sepanjang jalan utama Bandung selatan. Gudang, perumahan, kantor, hingga beberapa fasilitas umum dilalap si jago merah. Kobaran api terlihat dari kejauhan dan membuat suasana kota mencekam.

Ribuan warga bergerak meninggalkan kota. Mereka berjalan ke arah luar Bandung, menuju daerah pedesaan dengan membawa barang seadanya. Arus pengungsian besar-besaran ini berlangsung hingga beberapa hari. Bagi warga, meninggalkan rumah memang pilihan berat, namun mereka menerimanya dengan alasan demi perjuangan.

Konon, kobaran api begitu besar hingga langit malam terlihat merah. Sejak saat itu, Bandung dikenal dengan sebutan “Bandung Lautan Api.” Peristiwa tersebut menjadi catatan penting dalam sejarah revolusi kemerdekaan Indonesia.

Meski secara militer pasukan Republik harus mundur, aksi ini memberi pesan kuat kepada dunia bahwa rakyat Indonesia bertekad mempertahankan kemerdekaan dengan segala cara. Belanda yang berusaha mengambil alih kota pun akhirnya tidak bisa menggunakan fasilitas yang telah hangus terbakar.

Lihat Juga :  Kembalinya PNI Pasca Kemerdekaan

Sejumlah tokoh penting, seperti Kolonel A. H. Nasution yang saat itu menjabat Panglima Divisi III, mengingat peristiwa ini sebagai salah satu fase paling berat dalam mempertahankan kemerdekaan. Ia menyebut pengorbanan rakyat Bandung sebagai modal berharga bagi perjuangan nasional.

Lihat Juga :  Larangan Pernikahan Campuran, Sisi Gelap Apartheid Afrika Selatan

Kini, lebih dari tujuh dekade setelah peristiwa itu, Bandung Lautan Api tetap dikenang sebagai simbol keberanian dan pengorbanan. (wrd)

Lain nya

Latest Posts

Most Commented

Featured Videos