Historia

Bandung Lautan Api 1946: Momen Penuh Darah dan Nyala di Jalur Perjuangan Kemerdekaan

Bandung Lautan Api | Sumber: Wikipedia

TASIKMALAYA | Priangan.com – Bandung Lautan Api, atau “Bandung Sea of Fire,” adalah sebuah peristiwa bersejarah yang terjadi pada 23 Maret 1946 di Bandung, Indonesia. Kejadian ini merupakan salah satu simbol perjuangan bangsa Indonesia dalam merebut dan mempertahankan kemerdekaan dari penjajahan Belanda setelah Proklamasi Kemerdekaan 17 Agustus 1945.

Setelah kemerdekaan Indonesia diumumkan pada 17 Agustus 1945, Belanda mencoba untuk kembali menguasai Indonesia melalui serangkaian pertempuran dan diplomasi. Bandung, sebagai salah satu kota strategis di Jawa Barat, menjadi pusat perlawanan rakyat Indonesia. Pada awal 1946, ketegangan antara pasukan Indonesia dan Belanda meningkat, dengan Bandung menjadi titik fokus konflik.

Kedatangan pasukan Sekutu, yang dilanjutkan dengan ultimatum pada 21 November 1945, menambah ketegangan di Bandung. Ultimatum tersebut meminta agar Bandung bagian utara dikosongkan paling lambat pada 29 November 1945. Masyarakat Bandung menolak ultimatum ini karena mereka merasa tidak ingin memberikan tanah mereka kepada penjajah, terutama setelah perjuangan panjang untuk mendapatkan kemerdekaan.

Ketidakpuasan ini memuncak menjadi konflik terbuka. Para pejuang Bandung, termasuk anggota Tentara Republik Indonesia (TRI) dan pejuang lokal, melancarkan serangan terhadap pasukan Sekutu di berbagai lokasi seperti Cicadas, Lengkong, dan Tegalega. Mereka bertujuan untuk mencegah Bandung jatuh kembali ke tangan penjajah dan menunjukkan tekad mereka untuk mempertahankan kemerdekaan.

Pada 23 Maret 1946, Sekutu mengeluarkan ultimatum kedua, meminta agar Bandung Selatan dikosongkan paling lambat pada hari itu. Mengingat situasi politik dan keselamatan, pemerintah Republik Indonesia memerintahkan TRI dan penduduk untuk mundur dari Bandung Selatan. Para tokoh pejuang seperti Aruji Kartawinata, Suryadarma, dan Kolonel Abdul Harris Nasution setuju untuk mematuhi perintah pemerintah pusat, tetapi mereka tetap menolak menyerahkan Bandung Selatan kepada Sekutu.

Tonton Juga :  Jejak Pablo Neruda di Jakarta; Sajak Diplomasi dari Andes ke Tropis

Setelah mengungsikan warga, para pejuang TRI melakukan tindakan bumi hangus. Mereka membakar sebagian besar Bandung Selatan untuk mencegahnya jatuh ke tangan Sekutu. Peristiwa ini dikenal sebagai Bandung Lautan Api. Pembakaran ini meliputi gedung-gedung penting, fasilitas umum, dan infrastruktur, membuat Bandung Selatan terlihat seperti lautan api.

Sementara itu, perlawanan gerilya terus dilakukan oleh para pejuang yang meninggalkan Bandung. Salah satu aksi heroik adalah serangan terhadap gudang mesiu milik NICA yang dikuasai Sekutu di Dayeuhkolot, Bandung. Dalam serangan ini, Mohammad Toha, seorang pejuang terkemuka, gugur saat melancarkan aksinya.

Bandung Lautan Api memiliki dampak besar pada perjuangan kemerdekaan Indonesia. Tindakan bumi hangus ini menunjukkan tekad dan semangat juang rakyat Indonesia untuk mempertahankan kemerdekaan, meskipun harus merelakan kota mereka hancur. Ini menjadi simbol keberanian dan ketahanan bangsa Indonesia dalam perjuangan melawan penjajahan.

Secara diplomasi, aksi ini memberikan sinyal kuat kepada komunitas internasional tentang komitmen Indonesia terhadap kemerdekaan dan kedaulatan nasional. Peristiwa ini juga membantu memperkuat posisi tawar Indonesia dalam perundingan dengan Belanda, yang berlangsung kemudian. (mth)

zvr
Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?
%d blogger menyukai ini: