ROMA | Priangan.com – Baterai adalah salah satu benda yang amat bermanfaat. Kegunaannya tak pernah lekang oleh zaman. Dari waktu ke waktu, baterai semakin berguna dalam kehidupan sehari-hari, mulai dari perangkat elektronik kecil hingga kendaraan listrik. Adalah Alessandro Volta, seorang fisikawan Italia yang menciptakan baterai pertama di dunia. Tak ayal, kalau saat ini ada satuan Voltase termasuk dalam istilah baterai.
Sejarah baterai bermula dari eksperimen yang dilakukan oleh Volta pada tahun 1799. Saat itu, ia berhasil menciptakan alat penghasil listrik dengan menumpuk lapisan logam perak dan seng yang dipisahkan oleh kain atau karton yang sebelumnya sudah direndam air asin.
Susunan itu kemudian dikenal sebagai “tumpukan Volta” atau “voltaic pile.” Penemuan ini menjadi tonggak penting dalam dunia ilmu pengetahuan karena menghasilkan arus listrik yang stabil dan tahan lama.
Nama “volt” sebagai satuan tegangan listrik diambil dari nama belakang Volta untuk menghormati kontribusinya dalam bidang kelistrikan. Satuan ini resmi digunakan dalam Sistem Internasional (SI) guna mengukur gaya gerak listrik atau beda potensial.
Sebelum penemuan Volta, dunia sudah mengenal konsep listrik lewat berbagai eksperimen awal seperti “baterai Baghdad” yang merupakan sebuah artefak kuno yang ditemukan di Irak pada tahun 1938 silam. Artefak ini terdiri dari pot tanah liat berisi batang besi dan tembaga yang diduga digunakan untuk menghasilkan listrik lemah. Namun, penemuan Volta-lah yang membawa revolusi sejati dalam penggunaan listrik.
Meski tumpukan Volta pada saat itu menjadi sebuah terobosan besar, alat ini pada kenyataanya memiliki beberapa kelemahan. Lapisan logam yang ditumpuk ternyata punya batasan lantaran beratnya sendiri dapat merusak struktur dan memperpendek usia baterai. Selain itu, korosi pada logam menjadi masalah yang sering terjadi. Namun, adanya penemuan ini memicu minat para ilmuwan lain guna menyempurnakan teknologi baterai.
Pada tahun 1836, John Frederic Daniell, ahli kimia asal Inggris, berhasil menciptakan sel Daniell yang lebih efisien. Sel ini menggunakan larutan tembaga sulfat dan seng sulfat untuk menghasilkan arus listrik yang stabil. Meski tidak praktis untuk digunakan dalam perangkat portabel, sel Daniell banyak digunakan untuk aplikasi stasioner seperti bel pintu dan telepon sebelum era pembangkit listrik modern hadir.
Perkembangan baterai terus berlanjut seiring dengan kebutuhan manusia akan energi portabel. Pada abad ke-20, baterai kering yang dapat digunakan secara praktis mulai diproduksi secara massal. Kemudian, muncul lagi baterai isi ulang seperti lithium-ion, nikel-metal hydride, dan nikel-kadmium yang menjadi tulang punggung perangkat elektronik modern seperti sekarang ini. (Ersuwa)