JAKARTA | Priangan.com – Hari Natal yang dirayakan setiap tanggal 25 Desember telah menjadi momen penting bagi umat Kristiani di seluruh dunia. Tradisi menghias pohon Natal, mendekorasi rumah, dan berkumpul bersama keluarga menjadi ciri khas perayaan ini. Namun, sejarah panjang perayaan Natal ternyata melibatkan tradisi dari berbagai budaya kuno yang jauh mendahului agama Kristen.
Sejarah awal perayaan Natal tidak dapat dipisahkan dari pengaruh tradisi Romawi dan Nordik. Pada masa Romawi Kuno, titik balik matahari musim dingin atau tepatnya menjelang akhir tahun, selalu diperingati dengan Festival Saturnalia.
Festival ini adalah sebuah perayaan syukur kepada dewa pertanian, Saturnus. Saturnalia berlangsung selama beberapa hari dan diisi dengan pesta besar, pertukaran hadiah, serta kebebasan sosial sementara, khususnya bagi kalangan budak di masa itu. pada puncak perayaan, masyarakat akan menggantung ornamen di pohon-pohon dan bertukar karangan bunga holly sebagai simbol keberuntungan.
Sementara di bagian wilayah Eropa Utara, masyarakat Nordik merayakan Festival Yule untuk menyambut musim dingin atau pergantian tahun. Tradisi ini dilakukan selama 12 hari. Dalam perayaan tersebut, pohon-pohob Yule akan dihias, mereka juga biasa menyalakan api unggun sebagai simbol kehangatan dan kehidupan di tengah musim dingin. Sementara untuk perayaannya, dalam festival Yule masyarakat biasa melakukan makan bersama keluarga dengan lauk babi untuk menghormati para dewa seperti Freyr dan Odin yang dianggap membawa kesuburan dan perlindungan.
Kisah perayaan natal bairu dimulai saat agama Kristen mulai menyebar ke seluruh Eropa. Kala itu, para pemimpin gereja harus menghadapi tantangan untuk bisa berbaur dalam tradisi lokal.
Maka dari itu, tanggal 25 Desember dipilih sebagai hari peringatan kelahiran Yesus Kristus, meskipun tanggal pasti kelahirannya tidak diketahui. Penanggalan ini dilakukan untuk memadukan perayaan Kristen dengan kebiasaan lokal yang sudah sejak lama berlangsung.
Tak hanya itu, dalam perayaan Natal juga para pemimpin gereja turut mengadopsi sejumlah cara yang sama dengan perayaan-perayaan yang sudah terlebih dahulu ada, seperti menghias pohon, berbagi karangan bunga, makan bersama, hingga memberikan hadiah. Selain itu, hal-hal lain dari budaya pagan, seperti ritual api unggun juga turut diadopsi dalam perayaan Natal.
Seiring berjalannya waktu, tradisi tersebut masih tetap dilakukan dan tak berubah sama sekali bahkan sampai saat ini. Maka dari itu, boleh dikatakan kalau asal usul perayaan Natal modern yang sering dirayakan oleh umat Kristen saat ini berawal dari perayaan Pagan yang dilakukan oleh bangsa Romawi dan Nordik di masa lampau. (ersuwa)