WASHINGTON | Priangan.com – Di tengah gencatan senjata selama 72 jam yang diumumkan Presiden Rusia Vladimir Putin, pada 7 Mei 2025 Wakil Presiden AS J.D. Vance mengatakan bahwa AS akan membentuk perjanjian perdamaian yang lebih tahan lama dalam konflik Ukraina dan Rusia.
Presiden Rusia Vladimir Putin pada akhir bulan Mei mengumumkan untuk melakukan gencatan senjata selama 72 jam. Gencatan senjata yang diumumkan oleh Putin akan mulai pada 8 Mei dalam memperingati 80 tahun kemenangan Uni Soviet atas Nazi Jerman.
Menanggapi hal tersebut, Presiden Ukraina Vladimir Zelensky menawarkan proposal gencatan senjata selama 30 hari, sebagai bentuk tandingan atas gencatan senjata selama 72 Jam. Namun, tawaran tersebut ditolak oleh Moskow, yang dianggap rencana tersebut dapat digunakan dalam memperkuat pasukan Kiev.
Sementara itu, Vance mengatakan bahwa AS lebih menginginkan rencana penyelesaian yang lebih tahan lama dibandingkan penyelesaian jagka pendek. “Kami telah mencoba melampaui obsesi terhadap gencatan senjata 30 hari,” ungkap Vance pada pertemuan pemimpin di Munich.
Tidak hanya itu, Vance menilai bahwa pembicaraan dan proposal negosiasi yang diajukan Rusia sebelumnya terlalu berlebihan “Tawaran perdamaian pertama yang diajukan, reaksi kami terhadapnya adalah Anda meminta terlalu banyak,” ujarnya.
Selain itu, Vance mengatakan bahwa Presiden AS Donald Trump menginginkan rencana jangka panjang atas Moskow dan Kiev, dan mengancam akan meninggalkan pembicaraan jika tidak ada kemajuan, serta mengecam Ukraina dan Rusia untuk melakukan diplomasi. (zar)