Daily News

AS Dalam Ancaman Terbesar, Rusia Gerak Cepat Gabung Aliansi Baru

Vladimir Putin dan Kim Jong Un sepakat membangun pertahanan bersama | rt.com

WASHINGTON | Priangan.com – Kemitraan keamanan yang semakin erat antara Rusia dengan Tiongkok, Korea Utara, dan Iran telah menimbulkan kekhawatiran baru di Washington.

Dalam laporan terbaru dari Wall Street Journal pada Rabu (19/6), sumber-sumber intelijen yang tidak disebutkan namanya, mengungkapkan, langkah-langkah itu dianggap sebagai respons terhadap dominasi Amerika Serikat dalam sistem keamanan global.

Terlebih, pada Rabu (19/6), Presiden Rusia Vladimir Putin menandatangani perjanjian strategis dengan Republik Demokratik Rakyat Korea. Langkah itu menyusul kunjungan Putin ke Tiongkok bulan lalu, yang diyakini telah memperkuat hubungan Moskow-Beijing dalam bidang militer, meskipun AS telah lama berupaya untuk memisahkan kedua kekuatan besar ini.

Para analis intelijen AS mengungkapkan kejutan mereka atas kecepatan dan kedalaman perluasan hubungan keamanan antara Rusia dan sekutu-sekutunya yang dianggap sebagai musuh Amerika Serikat. Mereka menduga, Tiongkok telah membantu Rusia menghindari sanksi Barat dengan mengirimkan teknologi dan peralatan militer yang vital, termasuk komponen untuk sistem senjata seperti rudal dan teknologi ruang angkasa.

Selain itu, AS juga menuduh Korea Utara melakukan aktivitas yang merugikan, seperti pengiriman pekerja untuk mendukung produksi senjata di Rusia, serta penjualan senjata dan rudal kepada Moskow, yang kemudian digunakan dalam konflik di Ukraina. Namun, Pyongyang menyangkal tuduhan itu sebagai bagian dari upaya unilateral AS untuk memicu konflik.

Baca juga: Tiba di Korea Utara, Putin Disambut Hangat Kim Jong Un

Sementara itu, Iran, dideskripsikan oleh pejabat Pentagon sebagai pemasok senjata utama bagi Rusia. Tuduhan tersebut mencakup klaim bahwa Teheran telah membantu membangun fasilitas produksi drone di Wilayah Tatarstan, menunjukkan dukungan yang semakin erat antara kedua negara terhadap kapasitas militer.

Di hadapan kritik dan sanksi internasional terhadap kebijakan luar negerinya, Rusia telah menegaskan bahwa ekspansi kemitraan keamanan dengan negara-negara ini tidak bermaksud membentuk aliansi militer seperti NATO.

Tonton Juga :  Keseriusan Nurhayati Tangani Stunting di Daerah; Beri PMT kepada Ribuan Balita

Sebaliknya, langkah-langkah ini terlihat sebagai pertukaran teknologi dan kompetensi yang dapat meningkatkan kemampuan jangka panjang semua pihak yang terlibat.

Menteri Luar Negeri Rusia, Sergey Lavrov, dalam pernyataannya pada Februari lalu, menegaskan upaya AS untuk mengisolasi Rusia telah gagal total. Langkah-langkah itu dipandang sebagai respons terhadap kebijakan Barat yang dianggap merugikan, terutama dalam konteks konflik Ukraina.

Para ahli mengingatkan, perluasan kemitraan tersebut dapat berdampak jangka panjang yang signifikan terhadap kepentingan keamanan AS. Transfer teknologi dan peningkatan kemampuan militer negara-negara yang terlibat dapat mengubah dinamika kekuatan global, mengancam posisi dominan AS dalam sistem keamanan internasional. (mth)

zvr
Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?
%d blogger menyukai ini: