WASHINGTON | Priangan.com – Amerika Serikat melancarkan serangan udara ke sejumlah titik di Suriah yang diduga menjadi basis kelompok ISIS. Pemerintah AS menyatakan operasi tersebut merupakan serangan balasan atas tewasnya warga negara Amerika. Pernyataan itu disampaikan Presiden AS Donald Trump pada Sabtu, 20 Desember 2025.
Trump mengatakan keputusan melakukan operasi militer diambil menyusul serangan pada pertengahan Desember di wilayah sekitar Palmyra. Insiden tersebut dilaporkan menewaskan dua personel militer AS serta seorang penerjemah sipil yang bekerja bersama pasukan Amerika. Menurut Trump, serangan balasan ini dimaksudkan untuk menegaskan bahwa setiap serangan terhadap warga AS tidak akan dibiarkan tanpa konsekuensi.
Kementerian Pertahanan AS menyatakan operasi tersebut menargetkan pejuang ISIS beserta fasilitas pendukungnya, termasuk persenjataan. Menteri Pertahanan AS Pete Hegseth menegaskan misi itu bersifat terbatas dan dilakukan berdasarkan kerangka hukum yang berlaku, serta tidak dimaksudkan sebagai deklarasi perang baru di kawasan Timur Tengah.
Komando Pusat AS (CENTCOM) mengonfirmasi keterlibatan pesawat tempur dan helikopter serang dalam operasi tersebut. Hingga kini, Pentagon belum merinci dampak serangan maupun jumlah korban, dengan alasan proses penilaian di lapangan masih berlangsung.
Serangan balasan ini dipicu oleh insiden penembakan terhadap patroli pasukan AS di wilayah Palmyra. Para korban dilaporkan tewas di lokasi kejadian. Pemerintah AS secara langsung mengaitkan insiden tersebut dengan kelompok ISIS dan memperingatkan bahwa ancaman serupa akan ditanggapi secara tegas.
Trump juga menyatakan bahwa otoritas Suriah telah mengetahui pelaksanaan serangan tersebut. Ia kembali menegaskan sikap Washington bahwa keselamatan warga negara Amerika merupakan garis merah, dan setiap pihak yang melanggarnya akan menghadapi respons militer dari Amerika Serikat. (Zia)

















