Anschluss 1938: Ketika Austria Hilang dari Peta Dunia

BERLIN | Priangan.com – Sudah bukan lagi rahasia kalau pada masa Perang Dunia II Nazi Jerman berupaya melakukan berbagai ekspansi wilayah dengan dalih menyatukan bangsa Jerman.

Seperti yang terjadi pada Austria. Kala itu, Nazi mencaplok negara tersebut padahal Autria merupakan negara tetangga. Konon, Austria pernah diserap ke dalam kekuasaan Reich. Peristiwa ini terjadi pada bulan Maret 1938 dan dikenal dengan istilah Anschluss, yang dalam bahasa Jerman berarti penyatuan.

Langkah ini bukan sekadar penggabungan dua wilayah yang memiliki kesamaan budaya dan bahasa. Tindakan itu merupakan pelanggaran langsung terhadap perjanjian internasional yang muncul pasca Perang Dunia I, yakni Perjanjian Versailles dan Saint-Germain, yang secara tegas melarang penyatuan Austria dan Jerman. Namun, dunia internasional nyaris tak memberikan respons berarti terhadap langkah agresif ini. Hal itu memberi angin segar bagi Hitler untuk terus melanjutkan ambisi ekspansionisnya di Eropa.

Hitler telah lama mengincar Austria sebagai bagian dari visinya membentuk “Greater Germany” yang menyatukan semua warga beretnis Jerman. Di Austria sendiri, memang terdapat jutaan penduduk yang mengidentifikasi diri sebagai orang Jerman. Di tengah ketidakstabilan ekonomi dan krisis identitas nasional setelah kejatuhan Kekaisaran Austro-Hungaria, sebagian warga bahkan mendambakan bersatunya Austria dengan Jerman.

Sejak awal 1930-an, upaya menumbangkan pemerintahan Austria pun mulai dijalankan oleh kelompok Nazi lokal dengan berbagai cara, termasuk aksi kekerasan dan propaganda. Pada tahun 1934, percobaan kudeta oleh simpatisan Nazi malah berujung pada pembunuhan Kanselir Engelbert Dollfuss. Namun upaya itu gagal sepenuhnya karena pemerintah berhasil menangkap banyak pelaku dan simpatisan gerakan tersebut. Kekuasaan kemudian dilanjutkan oleh Kurt von Schuschnigg, yang menerapkan pemerintahan otoriter demi menjaga stabilitas nasional.

Lihat Juga :  Bukan Hanya Telepon, Alexander Graham Bell Punya Karya Ini

Tekanan dari Jerman semakin meningkat ketika Hitler melontarkan ultimatum kepada Austria pada 11 Maret 1938. Kanselir Schuschnigg dipaksa membatalkan referendum yang sedianya akan digelar untuk menentukan nasib Austria, lalu mundur dari jabatannya. Tak hanya itu, Jerman juga mendesak agar seorang tokoh Nazi Austria, Arthur Seyss-Inquart, diangkat sebagai kanselir baru.

Malam itu juga, Schuschnigg menyerahkan jabatannya dan mengimbau rakyat Austria agar tidak melawan jika pasukan Jerman masuk ke negara mereka. Tak lama berselang, simbol-simbol Nazi mulai bermunculan di sudut-sudut kota. Kelompok pro-Hitler segera merebut gedung-gedung pemerintahan dan menyelenggarakan pawai kemenangan. Pada dini hari 12 Maret, tentara Jerman menyeberangi perbatasan dan memasuki Austria tanpa perlawanan berarti. Warga yang antusias menyambut mereka dengan tepuk tangan dan bunga.

Lihat Juga :  Bukan Hanya Telepon, Alexander Graham Bell Punya Karya Ini

Sehari kemudian, pemerintahan baru yang dipimpin Seyss-Inquart secara resmi menandatangani dokumen reunifikasi Austria dengan Jerman. Austria kehilangan statusnya sebagai negara merdeka dan berubah menjadi bagian dari Reich Jerman. Nama wilayah, pembagian administratif, hingga identitas nasional diubah sepenuhnya.

Tak lama setelah pencaplokan, gelombang kekerasan dan diskriminasi terhadap warga Yahudi meningkat tajam. Di berbagai kota, orang Yahudi dijadikan sasaran kekerasan, dipermalukan di depan umum, dan dipaksa melakukan pekerjaan kasar secara paksa di jalanan. Lembaga-lembaga pemerintahan dan organisasi masyarakat mulai menjalankan kebijakan antisemit yang sama seperti di Jerman, termasuk pemecatan massal terhadap pegawai Yahudi dan pengusiran mereka dari kehidupan publik.

Namun, setelah kekalahan Jerman dalam Perang Dunia II, Austria akhirnya kembali merdeka pada tahun 1955 melalui Perjanjian Negara Austria (Austrian State Treaty), yang menjamin kedaulatannya dan status netralitas permanen. (Wrd)

Lain nya

Latest Posts

Most Commented

Featured Videos