TASIKMALAYA | Priangan.com — Pemerintah Kabupaten Tasikmalaya melalui Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) terus menggalakkan upaya mitigasi dan edukasi kepada masyarakat seiring tingginya intensitas hujan yang melanda sejumlah wilayah.
Upaya ini dilakukan sebagai langkah antisipasi menghadapi ancaman bencana hidrometeorologi yang masih terus mengintai, terutama di wilayah-wilayah dengan kontur geografis yang rentan.
Kepala Pelaksana BPBD Kabupaten Tasikmalaya, Nuraedidin, menyatakan bahwa siaga bencana terus diberlakukan menyusul serangkaian kejadian alam seperti tanah longsor, pergerakan tanah, pohon tumbang, banjir luapan hingga banjir rob yang telah terjadi sejak awal Mei 2025.
“Kondisi curah hujan yang cukup ekstrem dalam beberapa pekan terakhir meningkatkan risiko bencana, terutama di daerah dengan kontur tanah labil seperti perbukitan dan lereng-lereng curam. Oleh karena itu, edukasi kepada masyarakat kami gencarkan agar mereka siap, tidak hanya saat bencana terjadi, tetapi juga sebelumnya,” jelas Nuraedidin, Senin (26/5/2025).
BPBD mencatat bahwa sejumlah kecamatan memiliki potensi sangat tinggi terhadap bencana tanah longsor dan banjir, seperti Culamega, Taraju, Salawu, Sodonghilir, Cisayong, Sukaraja, Karangnunggal, dan Bojonggambir.
Beberapa di antaranya bahkan masuk dalam kategori zona merah berdasarkan peta rawan bencana yang telah dimutakhirkan pada awal tahun ini.
Untuk ancaman banjir, Kecamatan Sukaresik menjadi titik paling krusial. Kawasan ini secara rutin terdampak banjir akibat luapan Sungai Citanduy dan Sungai Cikidang, yang menggenangi permukiman warga hingga ketinggian lebih dari satu meter.
Dalam kejadian terakhir, banjir merendam 937 rumah, memengaruhi lebih dari 1.100 kepala keluarga, dan menyebabkan satu korban meninggal dunia.
“Kerugian material akibat banjir terakhir di Sukaresik kami perkirakan mencapai Rp 900 juta. Ini menunjukkan bahwa bencana bukan hanya soal korban jiwa, tetapi juga kerusakan sosial dan ekonomi yang harus segera ditanggulangi,” tambah Nuraedidin.
Guna menghadapi potensi bencana lanjutan, BPBD melakukan koordinasi lintas sektor dengan TNI, Polri, PMI, Tagana, serta para relawan lokal untuk membentuk tim reaksi cepat.
Selain itu, mereka juga mulai menyebarkan bahan edukasi berupa poster, pamflet, serta sosialisasi langsung ke desa-desa terdampak, terutama di wilayah selatan Kabupaten Tasikmalaya.
BPBD juga mempersiapkan logistik darurat seperti tenda pengungsian, dapur umum, perahu karet, dan obat-obatan di titik-titik strategis.
“Kami tidak bisa bekerja sendiri. Sinergi semua pihak dan kesiapan warga sangat penting dalam menghadapi situasi darurat. Oleh karena itu, edukasi menjadi kunci utama agar masyarakat tahu langkah apa yang harus diambil saat ada tanda-tanda bencana,” ujarnya.
Meskipun beberapa lokasi mulai pulih dari dampak bencana sebelumnya, BPBD terus mengimbau warga untuk tetap waspada. Berdasarkan data dari BMKG, potensi hujan sedang hingga lebat diperkirakan masih akan terjadi dalam beberapa hari ke depan.
“Kami minta warga di sekitar lereng perbukitan untuk lebih peka terhadap perubahan alam seperti munculnya retakan tanah, suara gemuruh halus, atau pohon yang tiba-tiba miring. Itu bisa jadi pertanda awal terjadinya pergerakan tanah atau longsor,” kata Nuraedidin.
Sebagai upaya jangka panjang, Pemkab Tasikmalaya tengah mengkaji proyek normalisasi aliran sungai, khususnya di kawasan Sungai Citanduy dan Cikidang.
Upaya ini diharapkan mampu mengurangi potensi banjir akibat sedimentasi dan penyempitan badan sungai yang sudah berlangsung bertahun-tahun.
Pemerintah daerah juga berharap adanya dukungan dari pusat untuk pembangunan tanggul penahan longsor, serta peningkatan kualitas sistem drainase di kawasan padat penduduk. (yna)