TASIKMALAYA | Priangan.com – Ratusan pelajar dari berbagai jenjang pendidikan, termasuk siswa difabel, memadati Gedung Pertemuan Warga (GPW) Polres Tasikmalaya dalam acara bertajuk Rise and Speak atau “Berani Bicara, Berani Melaporkan” kasus kekerasan anak. Kegiatan ini menjadi momentum penting untuk menumbuhkan keberanian anak-anak bersuara, sekaligus memperkuat komitmen semua pihak dalam melindungi mereka dari tindak kekerasan.
Acara tersebut tidak sekadar menghadirkan siswa, tetapi juga dihadiri oleh para pejabat penting Kabupaten Tasikmalaya. Bupati Tasikmalaya Cecep Nurul Yakin, Kapolres Tasikmalaya AKBP Haris Dinzah, Kepala Kejaksaan Negeri, serta pimpinan dinas terkait seperti Dinas Pendidikan, Dinas Kesehatan, dan Dinas Sosial hadir langsung, menandakan bahwa isu perlindungan anak bukan agenda seremonial, melainkan urusan serius bersama.
Bupati Cecep menegaskan, Rise and Speak bukan sekadar bagian dari rangkaian peringatan Hari Polwan ke-77, melainkan kampanye kemanusiaan yang harus ditindaklanjuti. “Berani bicara menyampaikan kebenaran itu bukan hanya tugas negara, melainkan juga perintah agama,” ujarnya di hadapan para siswa.
Menurutnya, sebagai kota santri sekaligus kota pelajar, Tasikmalaya harus menyediakan ruang yang aman dan terbuka bagi anak-anak untuk mengekspresikan diri. Ia menekankan bahwa pembangunan utama bukan hanya infrastruktur fisik, tetapi juga penyediaan fasilitas publik yang ramah anak. “Kami berencana merevitalisasi ruang terbuka, menambah fasilitas literasi, menyediakan toilet bersih, sarana ibadah, serta area bermain anak yang layak,” tambahnya.
Bupati juga mengingatkan ancaman kecanduan gawai pada anak-anak. Jika dibiarkan, gawai bisa “mengasuh” anak dengan konten yang tidak sesuai usia. Sebagai langkah konkret, Pemkab Tasikmalaya akan segera mengeluarkan surat edaran kepada sekolah untuk membatasi penggunaan ponsel selama jam pelajaran, serta mengimbau orang tua agar lebih ketat mengawasi anak di rumah.
Ketua Komisi Perlindungan Anak Indonesia Daerah (KPAID) Kabupaten Tasikmalaya, Ato Rinanto, mengapresiasi antusiasme masyarakat untuk melapor. Menurutnya, kesadaran ini tumbuh berkat sosialisasi masif dari pemerintah dan kepolisian. “Setiap kasus anak, kami pastikan prosesnya mudah, cepat, dan gratis. Tidak ada istilah laporan di Polres harus bayar,” tegasnya. Ato menyebut, dari catatan KPAID, 95 persen kasus yang mereka dampingi berhasil diselesaikan, sehingga masyarakat semakin percaya diri untuk melapor.
Sementara itu, Kapolres Tasikmalaya AKBP Haris Dinzah menekankan pentingnya sinergi seluruh elemen dalam menciptakan lingkungan ramah anak. “Saya ajak semua pihak untuk bersama-sama membangun kesadaran ini. Saatnya kita berani bersuara melawan kekerasan pada anak demi masa depan yang lebih baik,” jelasnya. Ia memastikan Polres Tasikmalaya siap menerima laporan melalui berbagai saluran yang tersedia.
Acara Rise and Speak pun menjadi simbol kolaborasi nyata antara pemerintah, aparat hukum, dan masyarakat. Harapannya, semakin banyak anak yang berani bicara, berani melaporkan, dan tidak lagi terjebak dalam diam ketika mengalami kekerasan. (yna)

















