Oleh: Muhajir Salam
TASIKMALAYA | Priangan.com – Batari Hyang memimpin Kerajaan Galunggung dengan bijaksana. Kepemimpinannya mampu membawa Kerajaan Galunggung pada kegemilangan, dan nasihat-nasihatnya tentang kehidupan, menjadi rujukan generasi berikutnya, tidak hanya di lingkungan Kerajaan Galunggung, tetapi juga dalam lingkup yang lebih besar. Asumsi ini didasari oleh keterangan yang bisa dibaca dari naskah Amanat Galunggung.
Dalam Amanat Galunggung, terdapat kalimat “jaga isos di carék nu kwalyat, ngalalwakon agama nu nyusuk na Galunggung, marapan jaya pran jadyan tahun, heubeul nyéwana, jaga makéyana patikrama, paninggalna sya séda”.
Terjemahannya: Tetaplah mengikuti ucap orang tua, melaksanakan ajaran yang membuat parit pertahanan di Galunggung, agar unggul perang, serta tumbuh tanam-tanaman, lama berjaya panjang umur, sungguh-sungguhlah mengikuti patikrama warisan dari para suwargi.
Keterangan tersebut menunjukan bahwa isi amanat yang terdapat pada naskah Amanat Galunggung bersumber dari petuah-petuah Batari Hyang, yakni “yang membuat parit pertahanan di Galunggung”. Salah satu peringatan Sang Batari dalam amanatnya ialah agar anak-turunannya dapat selalu menjaga ajaran leluhur, dan jika tidak mampu maka lebih mulia kulit lasun di tempat sampah (muliana kulit lasun di jaryan).
Dalam Amanat Galunggung, juga terdapat ajaran Tri Tangtu Di Buana yaitu, Rama, Resi dan Ratu/Prabu. Ketiganya mempunyai tugas yang berbeda, tetapi merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dipisah-pisahkan, tidak ada di antara mereka yang berkedudukan lebih tinggi dari yang lainnya. Tugasnya setara dan sama-sama mulia, ketiga pemimpin tersebut harus bersama-sama menegakkan kebajikan dan kemuliaan melalui ucapan dan perbuatan.
Rama bertanggungjawab menentukan dan membentuk suatu ketentuan berdasarkan sifat dasar kebenaran untuk menjaga kemakmuran/ketenteraman, wilayah kekuasaannya disebut Jagad Daranan, memiliki sifat asih dan spiritualisme yang tinggi dan bijaksana serta meninggalkan kepentingan yang bersifat duniawi/ lahiriah.
Resi bertanggungjawab mempertahankan ketentuan berdasarkan sifat dasar kebaikan untuk meningkatkan kesejahteraan hidup, wilayah kekuasaannya disebut Jagad Kreta. Memiliki sifat asah, berjiwa sebagai pendidik/guru yang berperan dalam bidangnya masing-masing untuk melatih keterampilan agar memiliki keahlian sesuai fungsinya masing-masing.
Sedangkan Ratu/Prabu bertanggungjawab melaksanakan tugas pemerintahan/kepemimpinan berdasar sifat manfaat/efektif, wilayah kekuasaannya disebut Jagad Palangka. Memiliki sifat asuh yang tugasnya mengasuh seluruh kegiatan tata negara dan menjaga sumber kekayaan negara, mereka disebut juga sebagai Pamong. Jagat daranan di sang rama, jagat kreta di sang resi, jagat palangka di sang prabu, demikian tertulis dalam naskah tersebut.
Dalam Amanat Galunggung juga banyak ajaran yang ditujukan untuk semua kalangan masyarakat. Antara lain tentang pentingnya memelihara sikap rendah hati, seperti yang dikenal sekarang dengan sebutan ilmu padi.
Na twah ra(m)pés dina urang, agamani(ng) paré, ma(ng)sana jumarun, telu daun, ma(ng)sana dioywas, gedé paré, ma(ng)sana bulu irung, beukah, ta karah nunjuk lang/ng/it, tanggah ta karah, kasép nangwa tu iya ngaranya, umeusi ta karah lagu tu(ng)kul, harayhay asak, tak karah ca(n)dukur, ngarasa manéh kaeusi.
Ada pun amal yang sempurna pada diri kita (adalah) ilmu padi: pada saat bertunas (sebesar jarum), keluar daun (tiga daun), saat disiangi, tumbuh dewasa, keluar kuncup (seperti bulu hidung), mekar buah, ya menunjuk langit, ya menengadah; indah tampang namanya. Setelah berisi tiba saat mulai merunduk, menguning masak ya makin runduk, karena merasa diri telah berisi.
Salah satu bagian yang tertulis dalam Amanat Galunggung dan banyak dikutip sebagai bait penuh makna tentang pentingnya menghargai sejarah, mengenal leluhur atau nenek moyang, adalah bagian berikut ini:
Hana nguni hana mangke
Tan hana nguni tan hana mangke Aya ma baheula hanteu tu ayeuna Hanteu ma beheula hanteu tu ayeuna Hana tunggak hana watang
Han hana tunggak tan hana watang Hana ma tunggulna aya tu catangnaAda dahulu ada sekarang
Bila tak ada dahulu tak akan ada sekarang Karena ada masa silam maka ada masa kini Bila tiada masa silam tak akan ada masa kini Ada tonggak tentu ada batang
Bila tak ada tonggak tak akan ada batang Bila ada tunggulnya tentu ada catangnya.
Amanat Galunggung memuat ajaran yang sangat luhur. Bisa jadi, amanat ini merupakan intisari dari ajaran Sunda yang dijadikan ageman para resi, prabu, rama, dan rakyat Sunda pada masa itu. Amanat Sang Batari Galunggung, semakin jelas dan menyebar lebih luas oleh penerusnya yang bernama Prabu Darmasiksa. ***