JAKARTA | Priangan.com – Belanda adalah salah satu negara Eropa yang pernah menjajah Indonesia selama lebih dari tiga abad. Setelah kekuasaan kolonialnya runtuh akibat pendudukan Jepang dalam Perang Dunia II, negeri kincir angin itu tidak serta-merta melepaskan ambisi lamanya. Tatkala Indonesia memproklamasikan kemerdekaan pada 17 Agustus 1945, Belanda memilih untuk tidak mengakui kedaulatan tersebut. Upaya untuk merebut kembali kekuasaan di bekas tanah jajahannya pun kembali dimulai.
Dengan berbagai dalih diplomatik dan kekuatan militer, Belanda kembali mengirim pasukannya ke Nusantara. Mereka datang melalui organisasi sipil kolonial bernama NICA yang dipimpin oleh Hubertus van Mook. Di balik wacana membentuk persemakmuran di bawah Kerajaan Belanda, tersimpan niat untuk kembali menguasai wilayah yang telah merdeka.
Jelas, masyarakat dan pemerintah Indonesia menolak keras gagasan itu. Ketegangan antara kedua pihak terus meningkat hingga akhirnya meletus dalam sebuah operasi militer berskala besar.
Pada 21 Juli 1947, Belanda mulai melancarkan serangan yang mereka sebut sebagai “aksi polisi”. Serangan ini kemudian dikenal sebagai Agresi Militer Belanda I. Wilayah-wilayah strategis di Jawa dan Sumatera menjadi sasaran utama. Pasukan Belanda dengan cepat bergerak menguasai perkebunan, pelabuhan, kawasan industri, serta aset-aset penting yang menjadi tulang punggung ekonomi Republik Indonesia.
Di Jawa Barat, tentara Belanda menyerbu kota-kota yang sebelumnya dikuasai bangsa pribumi. Sementara di Sumatera, mereka menyasar tambang minyak dan batu bara. Selain kerusakan infrastruktur, agresi ini juga memicu penderitaan luas di kalangan rakyat sipil. Banyak warga kehilangan tempat tinggal dan jatuh korban jiwa akibat konflik bersenjata yang terjadi di berbagai daerah.
Pemerintah Indonesia tak tinggal diam. Lewat jalur diplomasi internasional, mereka membawa kasus ini ke Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB). Respon dunia cukup cepat. Pada awal Agustus, Dewan Keamanan PBB kemudian mendesak agar Belanda menghentikan aksi militer. Desakan itu akhirnya berhasil menghentikan pertempuran pada 5 Agustus 1947. (wrd)