TASIKMALAYA | Priangan.com – Lonjakan kasus tuberkulosis (TBC) pada anak usia dini di Kota Tasikmalaya menjadi perhatian serius pemerintah daerah. Dari sekitar 2.600 warga yang tercatat positif TBC, sebanyak 800 di antaranya merupakan balita. Angka ini menunjukkan bahwa kelompok usia paling rentan justru menjadi yang paling terdampak oleh penularan penyakit menular tersebut.
Kepala Dinas Kesehatan Kota Tasikmalaya, Asep Hendra Hendriana, mengatakan tingginya kasus pada balita mengindikasikan penularan yang kuat terjadi di lingkungan terdekat anak, terutama dalam keluarga. Balita, dengan sistem kekebalan tubuh yang belum sempurna, mudah terpapar bakteri TBC dari orang dewasa yang berada satu rumah.
“Balita terkena TBC itu bukan karena mereka beraktivitas di luar atau di keramaian. Sumber utamanya berasal dari kontak erat di rumah. Itu yang paling mengkhawatirkan,” ujar Asep kepada wartawan, Senin (10/11/2025).
Menurutnya, satu orang dewasa yang mengidap TBC aktif dapat menularkan bakteri kepada anggota keluarga lainnya, terutama anak kecil. Banyak kasus ditemukan ketika orang tua atau anggota keluarga lain terlambat diperiksa karena menganggap batuk yang dialami hanya batuk biasa.
Asep menegaskan bahwa TBC pada balita dapat sembuh sepenuhnya apabila diobati dengan benar. Pengobatan berlangsung dalam jangka waktu panjang, sekitar enam bulan, dan harus dijalankan tanpa terputus. Semua obat dan pemeriksaan tersedia di puskesmas secara gratis.
“Bayi pun bisa diobati. Dosisnya disesuaikan dengan berat badan. Yang penting, pengobatan harus tuntas sampai selesai,” katanya.
Dinkes juga melakukan penelusuran kontak untuk setiap kasus balita yang terkonfirmasi positif. Pemeriksaan dilakukan terhadap orang-orang yang tinggal bersama anak tersebut untuk memastikan tidak ada sumber penularan yang terabaikan.
Asep mengimbau masyarakat untuk tidak menyepelekan gejala batuk berkepanjangan pada anggota keluarga. Ia juga ingin menghilangkan stigma bahwa TBC adalah penyakit keturunan atau penyakit yang memalukan.
“TBC adalah infeksi bakteri yang bisa sembuh. Yang berbahaya bukan penyakitnya, tapi keterlambatan penanganannya,” tuturnya.
Ia meminta masyarakat segera memeriksakan diri ke fasilitas kesehatan apabila mengalami tanda-tanda seperti batuk lebih dari dua minggu, penurunan berat badan, atau mudah lelah.
“Semakin cepat ditemukan, semakin cepat kita hentikan penularan, terutama untuk melindungi balita,” kata Asep. (yna)

















