TASIKMALAYA | Priangan.com – Meski menunjukkan penurunan, persoalan kemiskinan ekstrem di Kabupaten Tasikmalaya masih menjadi pekerjaan rumah besar.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), pada tahun 2024 tercatat 1,18 persen penduduk hidup dalam kategori miskin ekstrem atau setara dengan 22.667 jiwa dari total 1,92 juta penduduk.
Kepala Bappelitbangda Kabupaten Tasikmalaya, Rudi Sonjaya Saehuri, menyebutkan angka tersebut menurun dibandingkan tahun 2023 yang mencapai 1,49 persen.
“Dengan capaian ini, posisi Kabupaten Tasikmalaya berada di peringkat 21 dari 27 kota dan kabupaten di Jawa Barat,” jelas Rudi kepada wartawan, Jumat (22/8/2025).
Namun, ia mengingatkan data tersebut masih dalam proses verifikasi lapangan oleh perangkat daerah terkait. “Detail sebaran per kecamatan belum bisa dipublikasikan karena masih menunggu validasi,” tambahnya.
Kemiskinan ekstrem sendiri didefinisikan sebagai kondisi ketika seseorang hanya mampu memenuhi kebutuhan hidup dengan pengeluaran di bawah Rp 12.885 per hari. Situasi ini tidak hanya dipengaruhi minimnya penghasilan, tetapi juga faktor struktural seperti rendahnya tingkat pendidikan, keterbatasan lapangan kerja formal, hingga akses layanan dasar yang belum merata.
“Banyak warga miskin ekstrem yang sulit keluar dari lingkaran kemiskinan karena akses pendidikan, kesehatan, maupun sanitasi masih terbatas,” ungkap Rudi.
Meski demikian, Pemkab Tasikmalaya terus berupaya menekan angka tersebut melalui sejumlah program. Langkah yang ditempuh antara lain meringankan beban pengeluaran keluarga miskin, membuka peluang peningkatan pendapatan, serta memberdayakan masyarakat di kantong-kantong kemiskinan.
“Pemerintah daerah berkomitmen menurunkan angka kemiskinan ekstrem secara bertahap. Upaya pengurangan beban, peningkatan pendapatan, dan penanganan wilayah kantong kemiskinan akan terus dipacu,” tegasnya. (yna)