TASIKMALAYA | Priangan.com — Aroma menyengat dan pemandangan tak sedap menyambut pengunjung Pasar Cikurubuk dalam beberapa hari terakhir.
Tumpukan sampah yang menjulang tinggi menguasai area Tempat Pembuangan Sementara (TPS), mencemari lingkungan dan mengganggu aktivitas perdagangan di pasar tradisional terbesar se-Priangan Timur.
Sudah hampir dua pekan, pengangkutan sampah di kawasan tersebut mengalami hambatan serius. Limbah organik seperti sisa sayuran, sampah plastik, hingga limbah rumah tangga terus menumpuk dan meluber ke badan jalan, membentuk “gunung sampah” setinggi belasan meter yang mengganggu arus lalu lintas dan kenyamanan pengunjung.
“Kondisi seperti ini sudah berlangsung hampir 12 hari. Biasanya sehari bisa enam kali angkut, tapi sekarang tiga hari hanya dua truk,” ungkap Nurjaman, petugas kebersihan TPS Pasar Cikurubuk, Jumat (20/6/2025).
Ia menyebutkan bahwa volume sampah harian terus bertambah, sementara armada pengangkut tak mampu mengimbangi.
Ironisnya, meskipun Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kota Tasikmalaya telah menambah unit dump truk di sejumlah titik, kapasitas armada tetap belum memadai untuk mengatasi lonjakan volume sampah di area pasar yang menjadi pusat aktivitas ekonomi ribuan warga.
Menurut Kepala Bidang Pengelolaan Sampah DLH Kota Tasikmalaya, Feri Arif Maulana, kendala utama adalah rusaknya dua unit truk pengangkut yang selama ini menjadi andalan di Pasar Cikurubuk.
“Saat ini kami fokus pada perbaikan armada. Satu unit alat berat juga telah diterjunkan untuk membantu proses pemindahan sampah ke truk,” ujar Feri.
Ia menegaskan bahwa pihaknya tidak tinggal diam dan telah mengerahkan upaya maksimal agar pelayanan kembali normal. “Kami berharap situasi ini segera tertangani agar dampaknya tidak meluas ke masalah kesehatan maupun lingkungan,” tambahnya.
Sementara itu, sejumlah pedagang mengeluhkan dampak langsung dari tumpukan sampah, mulai dari menurunnya minat pembeli hingga risiko penyebaran penyakit.
Mereka mendesak pemerintah kota segera menuntaskan masalah ini secara tuntas dan berkelanjutan.
Kondisi darurat sampah ini menjadi tamparan serius bagi pengelolaan kebersihan kota, terutama di kawasan pasar yang seharusnya menjadi etalase utama aktivitas niaga masyarakat Tasikmalaya. (yna)