TASIKMALAYA | Priangan.com — Seratus hari pertama pemerintahan Wali Kota Tasikmalaya, Viman Alfarizi Ramadhan, dan Wakil Wali Kota Diky Chandra mendapat sorotan tajam dari kalangan mahasiswa.
Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Cabang Tasikmalaya menggelar aksi unjuk rasa di halaman Bale Kota, Rabu (21/5/2025), sebagai bentuk evaluasi publik terhadap janji-janji politik yang mereka nilai belum terealisasi.
Aksi berlangsung dengan teatrikal dan simbol-simbol visual yang kuat. Salah satu yang mencuri perhatian adalah spanduk besar berbentuk “rapor” kinerja Viman-Diky yang dibentangkan di pagar kantor wali kota.
Dalam spanduk tersebut, sembilan program unggulan yang dijanjikan selama kampanye diberi nilai rendah, mayoritas diberi simbol huruf “E” sebagai penanda ketidaklulusan.
Beberapa program yang menjadi sorotan meliputi: pengelolaan TPA Ciangir, penanganan banjir, program hafiz di tiap kelurahan, hingga kualitas pelayanan publik.
Sementara dua poin lain, yakni kegiatan seremonial dan kebijakan yang dinilai pro-oligarki, justru diberi nilai tinggi sebagai sindiran tajam terhadap kebijakan yang dinilai hanya bersifat simbolis.
Dalam orasi dan teatrikal yang dilakukan di halaman kantor pemerintahan, mahasiswa memerankan karakter-karakter fiktif seperti rakyat kecewa, wali kota tak responsif, dan mahasiswa yang terpinggirkan oleh sistem kekuasaan. Sebagai simbol kritik, mereka menabur bunga di depan beberapa pejabat daerah yang hadir.
Ketua Umum HMI Cabang Tasikmalaya, Nazmi Nurazkia, menyampaikan serangkaian tuntutan kepada pemerintah kota. Di antaranya, desakan untuk meninjau ulang program-program prioritas, memperbaiki tata kelola sampah, meningkatkan kualitas pelayanan publik, hingga membuka ruang partisipasi masyarakat melalui pendekatan kolaboratif lintas sektor atau pentahelix.
“Kami mendorong pemkot agar segera berbenah dan menunjukkan keseriusan dalam merealisasikan janji-janji politik. Penanganan kemiskinan, peningkatan pendapatan daerah, hingga perbaikan sekolah yang rusak harus segera dituntaskan,” tegas Nazmi.
Sementara itu, Wali Kota Viman diketahui sedang bertugas di Jakarta menghadiri agenda nasional bersama Badan Pembinaan Ideologi Pancasila. Wakil Wali Kota Diky Chandra sempat muncul menemui pengunjuk rasa, namun aksinya untuk berdialog diblokir oleh massa.
Para mahasiswa justru menuntut agar seluruh kepala dinas ikut turun ke lapangan meminta maaf secara terbuka kepada warga.
Upaya kompromi yang ditawarkan Diky pun gagal, setelah permintaan mahasiswa agar seluruh pejabat terkait dihadirkan tak terpenuhi. Aksi kemudian berakhir tanpa adanya kesepakatan, dan jajaran pemkot kembali ke dalam gedung.
Aksi ini mencerminkan ketidakpuasan publik, khususnya dari kalangan muda, terhadap realisasi program pemerintah kota dalam seratus hari awal masa kepemimpinan baru.
Mereka menuntut agar evaluasi tidak hanya bersifat administratif, tetapi juga menyentuh aspek strategis yang berdampak langsung pada kesejahteraan masyarakat. (yna)